LUMPUR PEMBORAN
1. Sirkulasi Pompa
lumpur Þ pipa tekan Þ stand pipe Þ rotary house
swivel head Þ kelly cock Þ kelly DP Þ DC Þ pahat Þ annulus DC dengan dinding bor Þ annulus DP dengan dinding lubang bor Þ BOP stack Þ flow line Þ shale shaker Þ degasser Þ desander Þ desilterÞ mud pit.
2. Fungsi lumpur
1. Mengangkat cutting
ke permukaan.
Mengangkat cutting ke permukaan
tergantung dari : Ø
Kecepatan
fluida di annulus
Ø
Kapasitas
untuk menahan fluida yang merupakan fungsi dari densitas
2. Mendinginkan dan melumasi bit dan drillstring.
Panas dapat timbul karana gesekan
bit dan drillstring yang kontak dengan formasi.
3. Memberi
dinding lubang bor dengan mud cake. Lumpur akan membuat mud cake.
Pembentukan mud cake ini akan menyebabkan tertahannya aliran fluida masuk ke
formasi.
4. Mengontrol tekanan formasi Pm = 0.052 dm D dimana : Pm
= tekanan statik lumpur, psi dm
= densitas Iumpur, ppg D = kedalaman, ft
5. Menahan
cutting dan material pemberat
saat sirkulasi
dihentikan
6. Melepaskan
pasir dan cutting di permukaan Kemampuan lumpur untuk menahan
cutting selama sirkulasi dihentikan terutama tergantung dari gel strength.
7. Menahan sebagian DP dan Casing (efek Bouyance)
8. Mengurangi
efek negatif pada formasi
9. Mendapatkan
informasi (mud log,samplelog) dalam pemboran, lumpur kadang-kadang dianalisa
untuk diketahui apakah mengandung ion hirokarbon atau tidak.
10.
Media logging pemasukan sejenis alat antara lain alat listrik atau gamma ray.
3. Sifat‑sifat
lumpur
a. Berat jenis
(density) Berat jenis = berat / volume Dasar Filosofi Penggunaan berat
jenis/ densitas lumpur pemboran :
a). BJ >> lumpur akan masuk ke
formasi BJ >>> Þ Pm >>> Þ formasi pecah Þ fluida pemboran masuk formasi Þ kolom lumpur <<< Þ Pm <<< Þ kick Þ jika tak teratasi Þ semburan liar (blow out)
b). BJ <<< fluida formasi
(kick) masuk lubang bor Þ
jika tidak teratasi Þ
semburan liar (blow out)
Berat jenis
lumpur pemboran sangat besar pengaruhnya dalam mengontrol tekanan formasi,
sebab dengan naiknya berat jenis lumpur maka tekanan lumpur akan naik
pula.
D = W/V
Dimana : D = Berat jenis lumpur
W
= Berat lumpur
V = Volume lumpur
Tekanan hidrostatik lumpur
didefinisikan sebagai per satuan luas yang secara matematis dinyatakan sebagai
berikut :
Ph = 0.052 x h x D Dimana : P = Tekanan hidrostatik lumpur
D = Berat lumpur
A = Luas penampang
h = Tinggi kolom lumpur
D
= Berat jenis
b. Viscositas
Tahanan fluida terhadap aliran atau keengganan fluida untuk mengalir. Jenis
viscositas :
thick mud :
lumpur berviscositas tinggi (kental)
thin mud : lumpur berviscositas rendah (encer)
Salah satu sifat lumpur
yang menentukan daya tahan terhadap pergerakan, dimana tahanan ini terjadi
disebabkan oleh pergesekan antar partikel-partikel dari lubang bor.
Viskositas
menyatakan kekentalan dari lumpur bor, dimana viskositas memegang peranan dalam pengangkatan serbuk bor ke permukaan. Makin kental lumpur, maka pengangkatan cutting kurang sempurna dan akan mengakibatkan cutting
tertinggal didalam lubang bor dan dapat mengakibatkan rangkaian pipa pemboran
akan terjepit. Akan tetapi bila lumpur pemboran mempunyai harga viskositas
yang terlalu tinggi maka dapat mengakibatkan permasalahan pemboran seperti loss
circulation.
c. Gel strength
Gel Strength adalah kemampuan fluida pemboran membentuk
gel atau padatan karena gaya tarik
menarik antara plat‑plat clay kalau didiamkan (kondisi statis). Dasar filosofi Gel Strength : Gel strength rendahakan mengakibatkan terendapkannya
pasir/cutting saat sirkulasi berhenti. Gel strength tinggi akan
mempersukar usaha pompa untuk sirkulasi lagi Diwaktu lumpur bersirkulasi
besaran yang berperan adalah viskositas, sedangkan diwaktu sirkulasi
berhenti yang memegang peranan adalah gel strength. Lumpur akan
menjadi gel saat tidak ada sirkulasi. Hal ini disebabkan oleh gaya tarik
menarik antara partikel-partikel padatan lumpur.
Diwaktu lumpur berhenti bersirkulasi, lumpur
harus mempunyai gel strength yang dapat menahan cutting dan
material pemberat lumpur agar jangan turun, sehingga padatan tidak menumpuk dan
mengendap di annulus, dan mencegah pipa terjepit. Akan tetapi jika gel
strength terlalu tinggi akan menyebabkan terlalu tinggi akan menyebabkan
terlalu berat kerja lumpur untuk memulai sirkulasi kembali. Walaupun pompa
mempunyai daya yang kuat, pompa tidak boleh mempompakan lumpur dengan daya yang
besar karena formasi bisa pecah.
d. Filtrasi dan Mud Cake
Ketika terjadi kontak antara lumpur pemboran dengan
batuan porous, batuan tersebut akan bertindak sebagai saringan yang
memungkinkan fluida dan partikel-partikel melewatinya
Ketika terjadi kontak antara lumpur dan batuan porous,
batuan tersebut akan bertindak sebagai saringan yang memungkinkan fluida dan
partikel-partikel kcil melewatinya. Fluida yang hilang ke dalam batuan disebut filtrate,
sedangkan lapisan partikel-partikel besar tertahan di permukaan batuan disebut mud
cake.
e. Sifat Lumpur pada tekanan
dan temperatur tinggi.
Pada umumnya temperatur yang tinggi
dapat mengurangi efektivitas aditif yang ditambahkan kedalam lumpur sebagai
pembentuk sifat-sifat lumpur.
f. Sifat
Pelumasan Lumpur dengan Metode Multi Torsi
Sifat pelumasan lumpur adalah
kemampuan lumpur untuk melumasi bagian alat-alat pemboran yang saling
bergesekan pada saat pemboran berlangsung. Gesekan-gesekan yang mungkin terjadi
pada saat opersi pemboran :q Metal to metal : antara
drilstring dan casing (cased hole)
q Metal to mineral : antara
drillstring dengan borehole wall, borehole solid atau dengan filter cake.
q Mineral to mineral :
terjadi ketika membor batuan dengan borehole wall .
g. pH
Lumpur
pH dipakai untuk menentukan
tingkat kebasaan dan keasaman dari lumpur bor. pH dari lumpur yang dipakai
berkisar 8.5 – 12. Jadi lumpur bor yang digunakan adalah dalam suasana basa.
Lumpur sebaiknya tidak terlalu basa karena akan menaikkan viskositas dan
gel strength dari lumpur.
4. Filtration loss
Filtration loss adalah Kehilangan sebagian fasa cair (filtrat) lumpur ke dalam formasi permeable atau ke
dalam formasi porous. Dasar filosofi Filtration loss : filtration loss terlalu tinggi akan buruk efeknya
terhadap formasi (formation damage) maupun terhadap lumpurnya.
5. Jenis lumpur
Berdasar
bahan dasarnya :
Fresh Water Muds Jenis lumpur ini yang fasa cairnya
air tawar dengan kadar garam kecil (kurang dari 10000 ppm = 1% berat garam)
Salt Water Muds
Jenis lumpur ini dengan bahan dasar
garam untuk membor pada formasi garam massive/salt dome, atau lapisan formasi
garam.
Oil Base Muds
Lumpur ini mengandung minyak sebagai
fasa kontinyunya. Kadar air diatru rendah hanya berkisar 3 – 5 % volume. Karena
filtratenya minyak, sehingga tidak akan menghidratkan shale atau clay
yang sensitif baik pada formasi biasa ataupun formasi produktif.
Oil and Water Emulsion
Jenis lumpur ini terdiri dari fasa
yang tersebar sedangkan air merupakan fasa kontinyu. Air juga merupakan
filtrate. Sebagai bahan dasar bisa digunakan baik fresh maupun salt
water muds.
Gaseous Drilling Fluids
Lumpur ini bahan dasarnya adalah
udara kering dan digunakan pada formasi kering/keras. Lumpur bias juga
merupakan aerated drilling mud artinya pencampuran antara air dan
udara/gas.
Pengukuran-pengukuran
sifat-sifat fisik serta rheology lumpur
1. Pengukuran SG
Alat : Mud Balance
Cara kerja : Dilakukan kalibrasi terhadap mud
balance dengan cara mengisi cup dengan air hingga penuh kemudian ditutup dan
dibersihkan bagian luarnya. Selanjutnya mud balance diletakkan pada kedudukan
semula. Rider ditempatkan pada skala 8,33 ppg. Dilakukan pengecekan pada level
glass bila tidak seimbang calibration screw diatur hingga seimbang.
Suspensi lumpur dimasukkan ke dalam
cup mud balance. Kemudian tutup dan lumpur yang menempel pada dinding bagian
luar maupun tutup cup dibersihkan sampai bersih.
2. Pengukuran Marsh Funnel Viscosity
Alat : Marsh Funnel
Cara kerja : Lumpur dimasukkan
ke dalam corong (Marsh Funnel Viscosimeter) sebanyak 1500 cc dan ujung corong
ditutup dengan jari. Stainless steel
measuring cup disiapkan untuk menampung lumpur. Corong dibuka dan stowatch
dinyalakan. Setelah volume
lumpur didalam cup mencapai ketinggian tertentu matikan stopwatch, waktu yang
terbaca dicatat sebagai viskositas dari lumpur. Satuannya adalah detik.
3. Pengukuran Plastic
Viscosity dan Yield Point
Alat : Fann VG Meter
Cara kerja : Tuangkan lumpur tadi ke
dalam Cup Heat agar kondisi
lumpur dalam temperatur 1200
F. Setelah temperatur pada termometer menunjukkan temperatur 1200 F.
Tarik switch yang
menunjukkan R 600 (high), lihat pada simpangan skala jarumnya
menunjukkan nilai angka.
Selanjutnya tarik switch
yang menunjukkan R300 (low), lihat pada simpangan skala jarumnya
menunjukkan nilai angka.
Mencatat hasil pengamatan,
lalu mengolahnya dengan menggunakan rumus :
PV = R600 – R300
YP = R300 - PV
Terima kasih atas sharing ilmunya yg sangat bermanfaat bagi kami dan terutama saya yang masih cupu :)
BalasHapussaya mau tanya :
kira2 berapa total berat cutting/lumpur yang berada di mud pit/balong (satuan: ton) dalam 1 sumur dangkal,menengah dan dalam?
mohon informasinya. Terima kasih mas Nandar
terima kasih mas, karena saya banyak belajar dari materi mas. mas bisa minta file pdf tentang lumpur dalam pengangkatan cutting serta hidrolika pemboran mas. ini alamat email aku tilmanmarques@gmail.com
BalasHapusterima kasih ilmunya mas. saya mau tanya, kira2 apa ada nilai tertentu / berapa kira2 nilai PV dan YP untuk lumpur water based yg digunakan untuk aerated drilling?
BalasHapusMas mau nanya kalo yang 0.052 itu asalnya dari mana
BalasHapusBantu jawab mas 0.052 itu di dpt kan dari gradient tekanan air tawar/ densitas air ( 0.433/8.33= 0.052 psi/ft/ppg)
BalasHapus